Kisah ini merupakan sepenggal cerita dari goresan kecil dihatiku.
Masa muda, masa-masa indah yang penuh akan berjuta impian dan harapan...
Mungkin hanya itu yang dapat aku katakan. Setiap orang di dunia ini pasti pernah dan akan mengalami masa itu. Aku tak pernah membayangkan sebelumnya. Rasanya saat itu usiaku masih berumur 5 tahun dan duduk dibangku taman kanak-kanak. Namun kini usiaku 18 tahun dan aku adalah seorang remaja putri. Senang, bahagia, gembira, sedih, gelisah, cemas, bingung, resah, bimbang, galau. Semua itu adalah perasaan yang selama ini telah aku alami dalam hidupku. Aku mengerti, memang bukan hanya aku saja yang dapat merasakan semua itu namun orang lain pun juga pasti merasakannya.
Beberapa tahun silam aku sangat galau dan putus asa, aku merasa kacau dan ingin sekali mengakhiri hidup ini. Bodoh dan sangat tolol, kata itu yang memang pantas diucapkan untukku walaupun terdengar sedikit agak kasar. Tapi itulah kenyataannya dan bisikkan setan, makhluk halus yang lebih hina dari kaum Nabi Muhammad. Hatiku sudah terluka oleh goresan kecil itu, tentang masa lalu yang tak bisa untuk dilupakan namun juga tak pantas untuk dikenang. Hanya karena masalah cinta aku sampai bersikap bodoh dan hampir berpikir keras untuk mengakhiri hidupku ini. Harusnya aku menyadari dan tetap bersyukur karena semua itu adalah kehendak-Nya. Diriku ini memang hanya seorang manusia yang hina dan jauh dari kesempurnaan. Bersyukur adalah kunci hidup ini. Terlihat sedikit sok tahu memang, tapi itu hanya sebuah pendapat dari seorang awam seperti diriku ini. Tak apalah jika ingin berandai-andai. ^_^
Dengan segala kekuatan dan sisa ketabahan yang ada, aku dapat melewati tahun yang silam dan penuh rintangan itu. Ternyata Allah begitu sayang kepadaku, sang Khalik masih memberikan aku kesempatan untuk hidup dan menginginkan aku untuk berubah pastinya untu menjadi orang yang lebih baik dan rajin beribadah.
Semakin bertambahnya usia kita, seharusnya bertambah dewasa juga sikap yang kita miliki. Namun aku merasa belum bisa bersikap seperti itu. Harusnya memang tak boleh seperti itu, karena aku ini serang anak sulung dan akan menjadi tulang punggung untuk keluargaku. Apabila suatu saat hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Entah mengapa, aku sangat takut jika harus kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Itu hanya sebuah naluriku. Pada prinsipnya setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kalimat tersebut merupakan arti penggalan surat yang terdapat didalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an. Kita tidak akan pernah mengetahui rencana sang Pencipta, kapan kita meninggal, siapa jodoh kita, bagaimana kehidupan di masa depan. Kita hanya mengetahui tujuan kita hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin. Namun semuanya akan kembali kepada Allah. Karena dengan izin-Nya lah keinginan kita bisa terpenuhi.
Bersyukurlah wahai manusia karena itu merupakan kunci hidup ini. Dengan bersyukur kita akan mengingat Allah. Tak bisa dipungkiri memang, jikalau nikmatnya kehidupan duniawi bisa membuat kita lupa akan sebenarnya tujuan kita hidup di dunia. Khilaf dan salah. Tak ada seorangpun manusia yang bisa luput dari itu semua termasuk sang khalifah kita sekalipun. Perasaan menyesal akan selalu menghantui jika kita merasa bersalah kepada seseorang yang telah pergi menemui-Nya dan tak akan pernah bisa hadir kembali lagi. Perasaan itu sudah aku rasakan selama beberapa bulan ini, aku kehilangan seorang sahabat. Orang yang aku sayangi, dia telah pergi karena keegoisanku sendiri. Bertahun-tahun dia menungguku tapi aku tak pernah bisa menghargainya. Bahkan keinginannya untuk bertemu denganku untuk terakhir kalinya juga tak sempat aku lakukan. “Aku menyesal, maafkan aku rie...”
Hanya kata-kata itu yang ingin selalu aku sampaikan kepadanya. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tak ingin menyia-nyiakan orang-orang yang tulus menyanyangiku.
Saat ini aku merasa bahagia karena aku hidup bersama orang-orang yang aku sayangi, seperti keluarga, pacar, saudara, sahabat, dan kakak-kakak angkatku. Namun aku tak membayangkan jika harus kehilangan mereka seperti aku kehilangan Alm. Ari Sandy. Semoga saja Allah mendengar doaku dan membiarkan mereka untuk hidup lebih lama bersamaku dan menemaniku sampai ajal lebih dulu menjemputku.
Untuk saat ini aku hanya bisa berdoa dan berusaha, melanjutkan pendidikanku dibangku kuliah dan membuat keluargaku bangga dengan apa yang aku miliki. Mengapa aku selalu cemas dan merasa tak mampu untuk tetap melanjutkan hidup hingga masa depan itu menghampiriku? Benarkah itu, karena aku belum yakin dan percaya akan adanya sang Pencipta? Naudzubillahiminzalik, maafkan atas ucapanku ini ya Allah. Aku percaya akan adanya engkau namun aku hanya pasrah dan menerima takdir atas hidupku ini.
Aku pernah membayangkan masa depanku nanti, lulus kuliah mendapatkan gelar sarjana IT dan bekerja di salah satu perusahaan swasta serta menikah dengan laki-laki pilihanku Muhammad Hasan Basri yang saat ini masih menjadi kekasihku. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan anak yang lucu-lucu pemberian-Mu.
Dia begitu sempurna untuk makhluk seperti diriku ini yang jauh dari kesempurnaan. Mampu merubahku hingga menjadi seseorang yang mandiri dan bijak dalam menghadapi hidup ini. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Karena engkau sudah memberikan kepadaku nikmat yang ternilai harganya, yaitu kbahagiaan bersama orang-orang yang kusayangi. Aku ingin kebahagian ini bisa terjalin sampai kami menutup mata. Apakah kau mendengar dan akan mengabulkan doaku ini ya Allah? Mungkin aku juga tak boleh terlalu berharap dengan kehidupan seperti itu, jika Allah tidak menghendakinya dan dia bukan jodohku. Aku pun tak akan bisa berbuat apa-apa. Hanya perasaan putus asa yang akan ku alami seperti dulu. Aku mengerti, engkau telah mengatur semuanya. Banyak orang yang berkata, “Orang baik akan mendapat jodoh orang yang baik pula, sedangkan orang jahat akan mendapatkan jodoh orang yang setimpal” Jikalau itu semua benar, apa yang bisa aku lakukan?
Aku hanya bisa terdiam dan merenung namun di dalam hati kecilku berkata, “Aku harus bisa menjadi orang yang baik dan mempunyai tujuan hidup yang jelas. Tak boleh hanya berdiam diri dan melakukan sesuatu hal yang hanya berdasarkan keinginanku tapi aku harus melakukan sesuatu hal karena memang itu wajib dan harus dilakukan. Mempergunakan sisa hidupku ini dengan hal-hal yang bermanfaat, rajin beribadah dan mampu untuk mengamalkannya. Jika aku mengalami suatu cobaan, aku harus tetap bersyukur dan tak boleh putus asa. Aku harus mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Menyayangi, menjaga dan membahagiakan orang-orang yang aku sayangi selama aku hidup di dunia ini. Karena penyesalan itu selalu datang belakangan, aku tak ingin mengulang kesalahanku kembali. Bahkan tak sempat untuk meminta maaf kepada orang-orang yang pernah tersakiti oleh sikap, perilaku, perbuatan maupun ucapanku. Aku akan berjuang untuk menjalani hidup ini dengan benar dan penuh keikhlasan.”
Tetap semangat dan jangan lupa untuk tersenyum!! ^_^